Kacamata Era:

Era Erika
3 min readMar 17, 2020

Lagu: Jamais Vu — BTS

Tiap orang pasti punya representasi masing-masing dari lagu ini. Saya percaya setiap cerita orang itu penting. Apakah mungkin sebagai pembelajaran bagi beberapa orang atau perwakilan dari cerita orang lain yang mirip. Saya selalu suka lagu yang personal seperti ini dan saya langsung bisa menghubungkannya dengan kisah saya sendiri.

Jamais Vu artinya semua terasa baru sekali terjadi padahal kita sudah mengalaminya berkali-kali. Saya selalu merasakan jamais vu ketika mengalami kegagalan. Saya tidak bisa terbiasa dengan hal ini. Semuanya selalu terasa seperti pertama kali. Bahkan sampai kegagalan kecil sekalipun.

“I think I am lost again”

Lirik lagu pertama lagu ini sudah menyesakkan hati dan mengingatkan saya dengan kegagalan.

Saya ingat, ketika tidak lolos wawancara untuk mengikuti program pertukaran di kampus saya kecewa berat. Saya menyiapkan banyak hal; desain produk, latihan presentasi, wawancara bahasa inggris. Program ini makin membebani karena saya perwakilan dari program studi. Saat pengumuman, nama saya tidak ada, yang berarti tidak ada perwakilan dari prodi saya untuk mengikuti program ini. Beberapa teman mengatakan tidak apa-apa. Tapi saya tetap menyesalinya. Saya menangis diam-diam di dalam angkutan umum sepulangnya.

Atau ikut seleksi pertukaran pelajar ke korea waktu itu. Setelah sebelumnya saya masuk 20 besar pun tidak, saya memiliki sedikit harapan. Saya latihan bernyanyi, menyusun lirik rap bahasa bugis, latihan agar tidak merasa malu. Menulis jawaban pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja muncul ketika wawancara dengan tangan sendiri dan riset negara tujuan. Sayangnya, di wawancara untuk masuk 5 besar saya tidak melakukan yang terbaik. Saya kecewa lagi dan merutuki diri yang tidak bisa lebih siap lagi.

“If this was truly a game,

I could probably just load up again

I guess I gotta

Deal with this, deal with this

Real world”

Jika ini adalah sebuah permainan, saya harus mengisi ulang kembali energi dan harusnya saya terbiasa dengan ini.

Seperti ketika ikut monev pimnas. Tim kami menyiapkannya sebaik mungkin. Presentasi dengan percaya diri dengan keyakinan kali ini tim kami masuk jadi finalis PIMNAS. Bahkan merencanakan pembuatan jaket untuk dikenakan di PIMNAS sebagai identitas. Ketika pengumuman tiba, nama tim kami tidak ada. Saya berusaha tenang dan tegar, tapi…

“I’m okay but I’m not okay

I told myself I’m used to it

But I’m in pain like it’s the first time”

Bukan merasa baik-baik saja, tapi berusaha terlihat ‘baik’. Saya ingat tengah malam saya menelpon teman saya, rencananya saya tidak ingin menangis, tapi bercerita tentang perjuangan yang dilewati dengan sabar dan bahagia, kami menangis bersama.

“Please give me a remedy

A remedy that will make my heart beat again

What should I do now

Please save me, give me another chance”

Saya selalu ingin meminta kesempatan lagi. Saya mau berusaha lebih keras lagi. Saya juga selalu bertanya apa yang masih kurang. Apakah saya tidak sebagus itu. Saya selalu merasa tidak pernah cukup. Saya tidak tahu harus melakukan apa.

“I continue running, and I stumble again

Although I repeat countless times

I’m gonna continue running”

Saya tidak sekali dua kali mengikuti kompetisi atau apapun sejenis itu. Saya kira makin banyak saya mengikuti hal-hal tersebut, makin saya terbiasa dengan berbagai kegagalan. Tapi entah kenapa saya masih belum bisa.

Baiknya, lagu ini ditutup dengan kalimat:

“I won’t give up”

Saya percaya dengan diri saya bahwa saya tidak akan menyerah. Tapi waktu yang saya butuhkan untuk kembali itu cukup lama. Larut di dalamnya, menyalahkan diri sendiri dan banyak pikiran negatif yang mengikutinya. Saya juga selalu percaya lebih baik maju daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali. Dengan itu saya terus berusaha walau lebih sering jatuh dibanding berhasilnya. Kegagalan itu tidak bisa terpisah dari kehidupan. Walaupun sering terulang, saya akan terus mencoba.

--

--